Merupakan
pengalaman yang sangat luar biasa ketika kami (Fatkhur Rozi, S.Pd., M,Kom dan
Septiawan Tri Pambudi dari SMA Negeri 1 Welahan) memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi sebagai expert teacher dan expert student pada program SEAEdunet 2.0. pada tanggal 19 Agustus hingga 21 September 2013. Program ini
diselenggarakan oleh SEAMOLEC (Southeast Asia Open and Distance Learning
Centre), yakni lembaga dibawah naungan
SEAMEO (Southeast Asia Ministers of Education Organization/ Organisasi
Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara). Adapun tempat kami bertugas
adalah di Sekolah Indonesia Singapura, yakni Sekolah yang pengelolaannya
dibawah Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura.
Expert Teachers SEA Edunet 2.0.
Sebagai Expert
teacher, tugas kami antara lain sebagai narasumber pada kegiatan workshop untuk
program SEA Edunet 2.0, selama 3 hari, dan selanjutnya kami mendampingi
guru-guru di Sekolah Indonesia Singapura untuk melaksanakan model pembelajaran
e-kolaborasi menggunakan Project Based Learningselama kurang lebih 4 minggu. Adapun
materi pelatihan selama workshop 3 hari antara lain Pembelajaran Abad 21,
Pengenalan pada Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek),
kolaborasi pembelajaran melalui Edmodo, pembuatan bahan ajar dengan menggunakan
e-book maker (sigil) dan pembuatan video tutorial pembelajaran dengan
menggunakan Screen O Matic. Sedangkan siswa kami, Septiawan, memperoleh
kesempatan untuk menuntut ilmu bersama siswa-siswi di Sekolah Indonesia
Singapura.
Pada tanggal 24
Agustus, hari terakhir pelaksanaan workshop, selanjutnya diselenggarakan
kegiatan teleconference secara online yang melibatkan seluruh sekolah yang terlibat
yakni Sekolah Indonesia se - Asia Tenggara dan beberapa sekolah lokal di
Indonesia. Pada kegiatan ini, masing-masing peserta memaparkan rencana
pelaksanaan Project Based learning yang akan diimplementasikan selama 1 hingga
6 bulan kedepan.
Implementasi Project Based Learning
diSekolah Indonesia Singapura
Project Based
Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang ditawarkan pada Kurikulum
2013. Namun sebenarnya PBL merupakan bukan hal yang baru. Project Based
Learning merupakan model pembelajaran yang berbasis pada instruksi-instruksi
yang melibatkan siswa untuk melakukan infestigasi dari sebuah masalah. Hasil
akhir dari PBL ini adalah sebuah produk autentik. Dengan cara ini, siswa akan
melaksanakan serangkaian aktifitas nyata yang menuntut siswa untuk aktif
menggunakan berbagai ketrampilan antara lain sebagai pemecah masalah, pembuat
keputusan, berfikir kritis, berkomunikasi efektif dan bekerjasama.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan skill yang sering dipakai pada
kehidupan abad 21 (twenty first century skills).
Adapun ide
proyek yang kami laksanakan di Sekolah Indonesia di Singapura adalah
memanfaatkan rumah kaca (green house) untuk menanam sayuran hydroponik. Proyek
ini melibatkan 4 mapel yakni Biologi, Fisika, Kimia dan Bahasa Inggris. Ide ini
dilandasi dengan adanya kondisi mahalnya harga sayur-mayur di Singapura, karena
sayuran tersebut masih diimport dari negara lain. Selain itu juga adanya
kenyataan bahwa kebanyakan siswa di sini tidak mengetahui bentuk asli tanaman
sayuran, mereka hanya tahu hasil alkhirnya ketika siap untuk dimakan. Dengan
menggunakan PBL, diharapkan para siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang
akan dapat diingat dalam jangka waktu yang lama.
Implementasi
Project Based Learning di Sekolah Indonesia Singapura juga melibatkan
kolaborasi dengan sekolah lokal di Jepara. Adapun sekolah yang terlibat yakni
SMA Negeri 1 Welahan dan SMA Negeri 1 Pecangaan. Siswa di kedua sekolah
tersebut melaksanakan pembelajaran berbasis proyek yang mendukung kegiatan
utama di Singapura. Dengan memanfaatkan tehnologi informasi, siswa
mendeskripsikan tanaman dan sayuran yang ada disekeliling rumah mereka dalam
bentuk video dan teks, kemudian di unggah ke kanal Youtube, dan di bagikan
kepada siswa di Singapura melalui kelas Edmodo.
Produk akhir
dari Project Based Learning kali ini adalah pembuatan dan pemeliharaan sayuran
hidroponik yang ditanam di rumah kaca hingga panen. Selain itu, penilaian siswa
dilakukan melalui ide-ide yang muncul ketika melaksanakan proyek, kolaborasi
dan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. Dengan melalui
pembelajaran berbasis proyek ini diharapkan akan mampu malatih siswa dalam
mengimplementasikan ketrampilan abad 21.
Kesempatan Berkunjung ke National Institute of Education - NTU
Keberadaan kita sebagai Expert Teacher di negara Singapura sudah selayaknya kita manfaatkan untuk meng"explore" berbagai tempat untuk menambah wawasan kita. Salah satunya tempat yang layak saya kunjungi adalah National Institute of Education. Pada dasarnya, NIE masih satu payung lembaga dengan Nanyang Institute of Technologi (NTE). Boleh dikatakan bahwa NIE itu Fakultas Keguruan milik NTE, salah satu dari 50 perguruan tinggi terbaik se dunia.
Salah satu alasan saya datang ke NIE kali ini adalah untuk bertemu dengan Dr. Willy Renandya, salah seorang profesor yang mengajar di NIE, asli Yogyakarta. Beliau adalah profesor Bahasa Inggris yang sudah sering malang melintang di dunia ke"Bahasa Inggris"an. Sudah beberapa kali saya berkesempatan mengikuti seminar beliau di konferensi internasional.
Tentunya saya mengikuti aturan untuk membuat appointment secara resmi, satu minggu sebelumnya saya mengirim pesan melalui akun fb beliau, dan alhamdulillah beliau bisa menerima kami pada hari senin tanggal 10 september 2013 pada pukul 11.30 waktu Singapura. Saya diterima oleh Dr. Willy bersama dengan seorang dosen Universitas Ciputra Surabaya. Beliau, Ibu natalia saat ini sedang mengikuti program sandwich selama 4 bulan di NIE, yakni program mengikuti perkuliahan di Luar Negeri bagi mahasiswa Phd, didanai oleh DIKTI.
Tepat pukul 11.30 waktu singapura, saya berkunjung ke kantor Prof Willy, kami diterima dengan hangat. Percakapan dan diskusi berlanjut ke kantin NIE yang asri, kita ngobrol sambil makan siang. Banyak sekali yang kita diskusikan, dari hal kecil hingga masalah pengajaran Bahasa Inggris.
Bersama Prof. WIlly dan Ibu Natalia
Catatan kecil selama 1 bulan
tinggal di Singapura
Singapura yang
juga dikenal sebagai negeri singa termasuk 10 negara dengan biaya hidup paling
tinggi di dunia. Sebagai pusat bisnis dan wisata belanja di asia tenggara,
sudah sepantasnya apabila Singapura dijuluki sebagai hutan mall dan
kondominium. Banyak sekali ditemukan pusat-pusat bisnis dan perbelanjaan, dari
perusahaan multi nasional hingga toko produk-produk mewah semacam "Hermes,
Louis Viton, Charles and Keith“dan lain-lain. Yang menarik dari singapura
adalah transportrasi masal yang dapat dengan mudah kita temukan dan lalulintas
yang lancar. Kita bisa menggunakan MRT (kereta cepat) dan bus untuk menuju
berbagai penjuru singapura. Selain itu, ada juga taxi, namun kita tidak bisa
asal menghentikannya.
Ada beberapa
catatan menarik ketika memiliki kesempatan untuk tinggal selama 1 bulan sebagai
Expert teacher SEA Edunet 2.0
1. Banyak aturan yang apabila
dilanggar akan kena denda, terutama apabila dilakukan ditempat umum semisal di
dalam bus, mrt. Merokok ditempat umum didenda 1000 dolar, makan dan minum dan
juga membuang sampah sembarangan akan didenda 500 dolar. Harap diketahui bahwa
kamera pengintai (CCTV) bertebaran dimana-mana. Memang Singapura ada yang
mem"pleset"kan sebagai fine city.
2. Untuk menuju halte dan stasiun
MRT, kita harus jalan kaki. Karena kita pergi dan pulang dari apartemen ke
Sekolah Indonesia Singapura menggunakan transportasi umum, kita harus berjalan
kaki untuk menuju halte atau stasiun mrt. Kalau dihitung, mungkin dalam 1 hari
kita bisa berjalan kaki kurang lebih 1 kilo.
3. Dalam hal pelayanan masyarakat,
singapura jagonya. Disini ada EZ link card yang dapat digunakan untuk ongkos
MRT, bus, bahkan bisa juga untuk beli makanan dan minuman ringan. Tapi jangan
lupa untuk selalu cek saldo. Kalo saldo habis maka harus di "top up".
Isi ulang EZ link card dapat dilakukan di stasiun mrt, atau juga di minimarket
seperti 7eleven dan lainnya.
4. Berkaitan dengan makanan, kita
harus hati-hati dalam memilih makanan, karena di Singapura kebanyakan restoran
menjual makanan chinese, sulit sekali menemukan makanan halal. Pilihannya kita
bisa mengunjungi kedai muslim melayu atau kedai muslim india. Yang pasti
rasanya akan aneh dilidah kita.
5. Kelanjutan dari catatan no 4,
yang pasti harga makanan disini mahal sekali. Sekali makan paling tidak biayanya
sekitar 4 - 7 dolar, kalo dikalikan kurs rupiah yang makin menggila, Rp 9000,
ketemu sekitar Rp. 50.000.
6. Untuk komunikasi sehari-hari,
berhubung warga singapura mayoritas adalah chinese, diikuti oleh melayu, india
dan western, bahasa yang digunakan adalah "Singlish" atau bahasa Inggris
nya singapura. Bagi yang tidak terbiasa dengan singlish akan bingung dengan
logat dan gaya bicara yang aneh.
Mr. Heru dan Mr. Rozi
Merlion
Resepsi Diplomatik di Kedubes RI
1 comment:
woow keren mas....
Post a Comment