Sunday, March 17, 2019

Habits of Mind (HOM) sebagai implementasi nyata dari Pendidikan Karakter

Perkuliahan minggu kedua kami di UMCCED masih berkecimpung dalam Thinking Based Learning (TBL). Selain itu kami juga memperoleh materi baru yang merupakan implementasi dari TBL yakni tentang Habits of Mind.

Pada bagian awal, kali ini saya akan menyampaikan model Thinking Based Learning yang kami pahami selama perkuliahan dari Prof. Zahari Othman. Permodelan dari Thinking Based Learning sebagaimana yang disampaikan oleh Prof Zahari Othman adalah seperti pada gambar berikut ini.


Teaching based learning merupakan sebuah pendekatan pengajaran (approach) dimana guru memasukkan keterampilan berfikir ke dalam isi dari kegiatan pembelajaran. Keterampilan berfikir tersebut adalah keterampilan berfikir kritis dan kreatif. Keterampilan berfikir kritis adalah keterampilan untuk menganalisa serta menilai sebuah keyakinan atau tindakan berdasarkan alasan dan bukti yang tersedia. Sedangkan keterampilan kreatif yakni keterampilan dalam mengembangkan ide, data, temuan sehingga menjadi sebuah ide baru berupa sebuah pencerahan (invention). Adapun teknik pengajaran yang digunakan dalam TBL antara lain Open Compare and Contrast, Parts – Whole Relationship, Skillful Prediction, Skillful Decision Making, Skillful Problem Solving.

Selanjutnya bagaimanakah proses berfikir itu? Dalam proses berfikir, terdapat beberapa tahapan. Tahapan awal merupakan proses berfikir tingkat dasar. Proses tersebut diawali dari pengamatan (observation), menganalisis (analysis) dan menyimpulkan (conclusion/generalization. Selanjutnya pada tahap berikutnya yakni proses berfikir lebih lanjut yang melibatkan ketrampilan berfikir kreatif. Proses tersebut merupakan kelanjutan dari proses tingkat dasar. Setelah membuat simpulan, proses berikutnya adalah refleksi (reflection) yang dilanjutkan dengan menganalisa ulang (re analyze). Selanjutnya proses evaluasi, dan synthesis dan hasilnya berupa inovasi.

Apa kaitan antara keterampilan berfikir kritis dan kreatif dengan keterampilan abad 21. Keterampilan berfikir kritis dan kreatif merupakan bagian dari keterampilan yang dibutuhkan bagi siswa dalam menghadapi tantangan abad 21. Keterampilan berfikir kritis dan kreatif dilengkapi dengan keterampilan bekerjasama (collaboration) dan mengomunikasikan (communication) menjadikan siswa siap dalam menghadapi tantangan abad 21.

Berikutnya, apa yang harus dilakukan dalam pelaksanaan TBL. Yang harus dilakukan adalah guru harus mengajarkan bagaimana siswa berfikir, bukan apa yang harus dipikir. Guru harus menyiapkan siswa sebagai seorang pemecah masalah (problem solver) yang inovatif dan pengambil keputusan yang baik (decision maker).  Obatnya adalah ajarkan siswa keterampilan berfikir sebagaimana isi materi.

Berikutnya, apa saja yang diperlukan dalam TBL. Yang pertama adalah keterampilan berfikir (thinking skills), berikutnya tabiat berfikir (habits of mind) dan yang terakhir adalah kemampuan metakognisi (metacognition).

Salah satu yang diperlukan dalam TBL adalah tabiat berfikir (habits of mind). Apakah HOM itu? "Tabiat Berpikir" berarti memiliki kecenderungan untuk berperilaku cerdas ketika dihadapkan dengan masalah, jawaban yang tidak segera diketahui. HOM pertama kali diperkenalkan oleh Costa pada tahun 2000. Selanjutnya oleh Perkin pada tahun 2012 dikembangkan sebagai Thinking Routine.
Terdapat 16 HOM yakni:
1. Persisting (mampu bertahan, tekun dalam tugas, tidak mudah menyerah, tahan menghadapi resiko)
2. Managing impulsivity (mampu bertindak dengan baik, dorongan hati sesaat, tidak tergesa gesa)
3. Listening with understanding and empathy (mampu mendengarkan orang lain, berempati terhadap orang lain)
4. Thinking flexibly (berfikir fleksibel, bukan berarti tidak disiplin melainkan tidak kaku)
5. Metacognition (berlatih memaksimalkan otak dengan konsentrasi)
6. Striving For Accuracy (kemampuan untuk tidak berbohong)
7. Question and posing problem (kemampuan memiliki rasa ingin tahu, menemukan pemecahan masalah dengan bertanya)
8. Applying New Knowledge to New Situation (menerapkan pengetahuan lama pada situasi baru, memanfaatkan ilmu dalam kehidupan)
9. Thinking And Communicating with Clarity and Precision (kemampuan berkomunikasi untuk berfikir)
10. Gathering Data Through all Sense (mengumpulkan data dengan seluruh panca indera)
11. Creating, Imagining and Innovating (mengembangkan ide-ide baru dengan menemukan, menciptakan berimaginasi sebuah idea tau gagasan)
12. Responding with wonderment and awe (menanggapi dengan rasa kekaguman.
13. Taking responsible risk (mampu bertanggung jawab terhadap resiko)
14. Finding humour (santai dan enjoy)
15. Thinking interdependently (mampu bekerjasama dengan teman lain)
16. Remaining open to continuous learning (tidak berhenti belajar, mengakui ketidaktahuan)


Sunday, March 10, 2019

BELAJAR HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DI NEGERI JIRAN (PART 2)

Pada postingan terdahulu saya menceritakan tentang program yang saat ini saya ikuti. Kali ini akan saya sampaikan beberapa catatan yang merupakan isi dari perkuliahan kami di UMCCED tentang Higher Order Thinking Skills.

Yang pertama, istilah Higher Order Thinking Skills di Malaysia dikenal dengan nama Keahlian Berfikir Aras Tnggi (KBAT). Istilah ini sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan di Malaysia dan sudah diterapkan dalam dunia pendidikan. Profesor Emeritus  Zahari Othman dan Profesor Emeritus Dato' Isahak Haroon telah lama berkecimpung dalam study ini lebih dari 20 tahun, dan kemungkinan mereka merupakan dua diantara sedikit profesor yang mendalamai HOTS di Asia Tenggara. Mengenai penerapan di sekolah, hal ini saya ketahui ketika berkunjung ke beberapa sekolah yakni di Kolej Vokasional Sungai Buloh   dan Kolej Vokasional ERT Setapak /

Berikutnya, dalam menyampaikan hasil kajian dan penelitian, Profesor kami mengutip ayat Al Qur'an sebagai salah satu landasan filosofi, ini merupakan sesuatu yang baru bagi kita, karena selama kita mempelajari HOTS di Indonesia, Kami belum pernah mengkaji landasan filosofi berdasarkan kitab suci Al Qur'an. Adapun salah satu landasan filosofi dari kajian HOTS adalah Al Qur'an surat Shad ayat 29 , dan apabila kita telusuri lebih lanjut, banyak sekali ayat dalam Al Qur'an yang mengajak kita sebagai manusia untuk selalu berfikir dan berfikir. Ini adalah inti dari Higher Order Thinking Skills. Dalam praktiknya, misalnya apabila kita membahas makna dari "Bismillahirrohmanirrohim", disini kita diajak untuk berfikir seberapa besar maha pemurah Allah terhadap kita dan juga seberapa besar maha penyayang Allah pada kita.

Pada dasarnya materi HOTS yang kita pelajari adalah hampir sama dengan yang telah kita pelajari di Indonesia. Kita mempelajari konsep HOTS misalnya konsep The Cone of Learning dari Edgar Dale, Taxonomi Bloom dalam domain kognitif serta revisi Taxonomi Bloom berdasarkan Anderson/Krathwohl, dan materi lain. Namun hal baru yang membuka wawasan kami yakni kami diajak untuk menyelami pola pikir Bloom serta revisi yang telah dilakukan olehAnderson/Krathwohl. Lebih lanjut terkait materi ini dapat dibaca di Blog Muh Zuhri, guru bahasa Indonesia dari SMAN 2 Boyolali 

Salah satu penerapan dari HOTS di kelas adalah pelaksanaan Project Based Learning. Untuk menerapkan PBL didalam kelas, maka sebelumnya siswa harus diberikan fondasi yakni kemampuan Problem Solving, Pembelajaran berdasarkan berfikir dan berfikir rutin. Adapun aktifitas yang dilakukan adalah mengajak siswa untuk menganalisis suatu permasalahan serta memecahkannya secara logis dan sistematis. Yang terkait dalam pembelajaran Bahasa Inggris, kita menerapkan model pembelajaran Compare and Contrast yang hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.




Yang terakhir, kita diajak berdiskusi membahas tentang Metakognitif. "Higer Order thinking Skills include critical, logical, reflective, metacognitive, and creative thinking". Disini terdapat istilah "Metacognitif". Metacognitive merupakan "thinking of thinking", yakni kesadaran dan peraturan dari pemikiran yang dimiliki seseorang. Misalnya seseorang sudah memiliki kemampuan kognitif, selanjutnya apa yang dia perbuat dengan kemampuan tersebut, itulah metacognitif. Misalkan seseorang sudah mengetahui tanda "dilarang membuang sampah sembarangan", maka apabila dia sedang memiliki kotoran dan tidak ada tempat sampah, maka dia akan menyimpan sampah disaku dan kemudian membuangnyakren meakukan tindakan, analisis atau kreasi berdasarkan pengetahuan yang telah ia peroleh.

Bersambung ...

Saturday, March 09, 2019

BELAJAR HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DI NEGERI JIRAN (PART 1)

Setelah pada tahun 2013 saya memperoleh kesempatan untuk bertugas di Luar Negeri, pada tahun 2019 ini saya memperoleh kesempatan untuk bertugas ke Luar Negeri lagi. (Baca pengalaman saya sebagai Expert Teacher di Singapura disini). Program ini merupakan bagian dari program 1000 Pendidik dan Tenaga Pendidikan mengikuti pelatihan di Luar Negeri yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam hal ini saya bergabung bersama guru-guru bahasa yang terdiri dari guru Bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang yang merupakan delegasi PPPPTK Bahasa.



Pada kegiatan kali ini saya memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat (Short Course) di University of Malaya Center for Continuing Education (UMCCED). Adapun materi pelatihan kali ini adalah berkaitan dengan Higher Order Thinking Skills. Disini saya belajar dari profesor-profesor senior yang tergabung dalam Center for Teaching Thinking and Inovation (CentT-TI). Profesor Emeritus  Zahari Othman merupakan Direktur dari CentT-TI, beliau adalah profesor Matematika yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam implementasi HOTS dalam pendidikan Matematika. Selain itu juga kita belajar tentang filosofi dasar dari HOTS bersama Profesor Emeritus Dato' Isahak Haroon yang merupakan salah satu siswa dari Bloom, pencetus teori kognitif Taxonomi Bloom.



Banyak sekali pengalaman yang belajar yang saya peroleh kali ini, dan kegiatan ini benar-benar membuka wawasan saya berkaitan dengan Higher Order Thinking Skills. Apa dan bagaimana materi perkulaiahan kami akan saya sampaikan pada postingan berikutnya.